di bangun kembali untuk meluaskan serambi masjid
Sejarah Masjid Jami Desa Kajen, Margoyoso, Pati
Pertahankan keaslian bangunan
Mengkilap
Selain banyak didominasi kayu, nuansa kuno pada bangunan Masjid Kajen juga bisa dilihat pada lantai masjid yang masih menggunakan tegel. Bentuk tegel sederhana di masjid tadi telah berubah menjadi mengkilap, karena umurnya sudah lebih dari seratus tahun.
Tidak hanya bentuk bangunannya yang khas. Aktivitas keagamaan di Masjid Desa Kajen juga cukup berbeda dengan masjid kebanyakan. Salah satunya terlihat saat pelaksanaan salat tarawih yang dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama menjalankan salat tarawih dengan bacaan Alquran sebanyak satu juz. Sedangkan kelompok kedua menjalankan salat tarawih di serambi masjid dengan membaca surat-surat pendek.
Salat Jumat di masjid tersebut juga cukup khas. Khatib yang membacakan khotbah di Masjid Kajen biasanya menggunakan bahasa Arab pada semua bagian khotbah, baik khotbah pertama maupun kedua.
Waktu khotbah bisanya juga lebih singkat, sehingga jamaah yang tidak segera datang ke masjid setelah mendengar adzan akan ketinggalan mengikuti salat Jumat. Selain untuk salat, di masjid tadi juga sering dijumpai sejumlah santri yang sedang menghafalkan Alquran.
Menurut KH Muadz Thohir, saat ini Masjid Kajen dikelola Yayasan Pengelola Makam KH Ahmad Muttammakin. "Belum lama ini dilakukan perbaikan kolah (penampung air) yang menghabiskan ratusan juta, dananya juga dari pengelolaan makam," lanjutnya. Juk-pu.
PEMBANGUNAN MASJID JAMI' KAJEN
MASJID JAMI’ KAJENMasjid Jami’ Kajen yang terletak di jantung desa Kajen, didirikan pada masa KH. Ahmad Mutamakkin sekaligus diprakasai oleh beliau dan Syaikh Syamsudin ( mertua KH. Ahmad Mutamakkin). Adapun tahun berdirinya sampai sekarang belum ada yang tau pasti kapan berdirinya masjid jami’ kajen, namun seorang arkeologi pernah meneliti bahwa terdapat sejarah pembangunan masjid jami’ kajen, terdapat pada ornament-ornamen yang terdapat di mimbar masjid dan bagian depan masjid.
Dulunya masjid itu hanya berbentuk persegi, namun pada sekitar tahun 1960-an, masjid itu ditambah sayap (serambi masjid) atau keliling masjid sehingga menjadi lebih lebar, yang dipelopori oleh KH. Fahrozi. Selama ini masjid jami’ kajen telah mengalami perubahan sekitar 4 atau 5 kali, diantaranya pada masa KH. Ali Muhtar, KH. Salam dan KH. Fahruzi.
Peningalan dari masjid jami’ kajen yang masih asli sampai saat ini antara lain :
- Mimbar masjid, namun tempat letaknya sering dirubah .
- Dua tiang penyangga yang terletak di paling depan.
- Dua pintu yang berada didepan, yaitu berada di utara dan di selatan
- Empat tiang penyangga (soko gulu), yang mempunyai arti “hati”
- Kaligrafi yang terletak diatap tengah masjid- Sumur berada di selatan masjid.
- Bagian depan imam, disitu terdepat pesan dari KH. Ahmad mutamakkin yang tertulis (menggunakan arab pegon) “ seng pendetku ngusap ing mbun ” artinya, bahwa yang merasa keturunan KH. Ahmad Mutamakkin harus wudlu yakni Wajib melakukan Sholat 5 waktu.
- Dan juga, Tempat muadzin yang berada di lantai dua.
Pada hari sabtu tangal 16 januari 2010 masjid ini di bangun kembali, diketuai oleh KH. Ahmad Maudz Thohir, dengan mendatangkan seorang arsitek dari Kota Surabaya yang bernama Ir. Budi ( orang kongguchu). Dalam kurun waktu sekitar 4 bulan pembangunan masjid tahap pertama selesai, mencapai target yang telah ditentukan. yaitu sebelum Bulan Romadlon, dari rencana pembangunan masjid tersebut baru mencapai sepertiga dari keseluruhannya. Sampai saat ini pembangunan masjid tersebut menghabiskan dana sekitar 1,2 Miliyar, yang bersumber dari uang kas murni makam KH. Ahmad Mutamakkin.
Dalam pembangunann kali ini, tidak akan merubah bentuk masjid bagian dalam, karena untuk melestarikan peninggalan-peninggalan dari masjid jami’ kajen yang memiliki nilai arsitektur kuno tinggi. Yaitu dari batas lantai yang bermotif batik.
Rencana dari pembangunan masjid tersebut akan tedapat dua menara yang berada di timur laut dan barat daya, disertai pula dengan dua lantai berbetuk U yang mengelilingi bangunan lama masjid, serta pembangunan kembali tempat wudlu yang berada di sebelah selatan masjid dan juga akan dihiasi dengan taman yang berada disebelah timur masjid untuk memperindah masjid dan juga tempat istirahat untuk para jama’ah. Disebelah utara masjid sudah terdapat tempat wudlu desertai aula untuk remaja masjid jami’ kajen.
Disamping dari bangunan masjid jami kajen yang bermotif klasik, terdapat beberapa adat yang masih melekat sampai sekarang, diantaranya
- Penyampaian Khotbah oleh khotib pada hari jum’at, menggunakan bahasa Arab.
- Pelaksanaan sholat tarawih pada bulan puasa dilaksanakan dua kelompok, yaitu Tadris dan Qodo.
- Pada hari senin malam, diadakan pengajian di masjid.- Pada bulan Romahdlon juga diadakan rutinitas yaitu, pengajian setelah Sholat Subuh dan Ashar .
- Untuk pemilihan imam dan khotib sholat jum’at di masjid jami’ kajen dilakukan secara musyawarah oleh ulam’-ulama’ desa kajen. Dan pemilihan iman sholat ashar, maghrib, isya’ dan subuh langsung ditunjuk oleh seorang nadzir.
Sumber : KH. Ahmad Muadz Thohir
0 comments:
Post a Comment