Labels

Followers

Translate

Thursday, April 1, 2010

masjid jami' kajen

video dokumenter masjid jami kajen >> lihat sekarang!!

namapak belum dibangun




di bangun kembali untuk meluaskan serambi masjid

Sejarah Masjid Jami Desa Kajen, Margoyoso, Pati
Pertahankan keaslian bangunan

Image

TIDAK ba­nyak masjid tua di Ka­bu­pa­ten Pati yang masih ter­lihat mempertahankan ar­sitekturnya yang kuno. Di antara sedikit masjid kuno yang masih di­pertahankan keasliannya ada­lah Masjid Jami Desa Ka­jen, Kecamatan Margoyoso, Pa­ti. Nuansa tempo dulu ma­sih terlihat pada masjid yang di­dirikan oleh KH Ahmad Muttammakin itu. Menurut pengurus masjid Desa Kajen, KH Muadz Thohir, renovasi ba­gian masjid terakhir kali di­lakukan pada tahun 1960-an. ”Saat itu hanya bagian sam­ping yang diperbaiki,” tu­turnya. Sementara itu din­ding ba­gian depan, sampai sa­at ini ma­sih tetap menggu­na­kan ka­yu. Bahkan sebagi­an kayu yang menjadi bagian ba­ngunan masjid, sudah ber­usia ratusan tahun. Meskipun sudah di­ma­kan usia, kayu yang mendominasi ba­ngun­an masjid masih terlihat cukup kuat.

Mengkilap
Selain banyak didominasi kayu, nuan­sa kuno pada bangunan Masjid Kajen juga bi­sa dilihat pada lantai masjid yang masih menggunakan tegel. Bentuk tegel seder­ha­na di masjid tadi telah berubah menjadi meng­kilap, karena umurnya sudah lebih da­ri seratus tahun.

Tidak hanya bentuk bangunannya yang khas. Aktivitas keagamaan di Mas­jid Desa Kajen juga cukup berbeda de­ngan masjid kebanyakan. Salah satunya terlihat saat pelaksanaan salat ta­rawih yang dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama men­ja­lankan salat tarawih dengan ba­caan Alquran sebanyak sa­tu juz. Sedangkan kelompok ke­dua menjalankan salat ta­ra­wih di serambi masjid de­ngan membaca surat-surat pendek.
Salat Jumat di masjid ter­sebut juga cukup khas. Kha­tib yang membacakan khotbah di Masjid Kajen biasanya menggunakan bahasa Arab pada semua bagian khotbah, baik khotbah pertama mau­pun kedua.

Waktu khotbah bisanya juga lebih singkat, sehingga jamaah yang tidak segera datang ke masjid setelah mendengar adzan akan ketinggalan mengikuti salat Jumat. Selain untuk salat, di masjid tadi juga sering dijumpai sejumlah santri yang sedang menghafalkan Alquran.

Menurut KH Muadz Thohir, saat ini Masjid Kajen dikelola Yayasan Pengelola Makam KH Ahmad Muttammakin. "Belum lama ini dilakukan perbaikan kolah (penampung air) yang menghabiskan ratusan juta, dananya juga dari pengelolaan makam," lanjutnya. Juk-pu.



PEMBANGUNAN MASJID JAMI' KAJEN





MASJID JAMI’ KAJENMasjid Jami’ Kajen yang terletak di jantung desa Kajen, didirikan pada masa KH. Ahmad Mutamakkin sekaligus diprakasai oleh beliau dan Syaikh Syamsudin ( mertua KH. Ahmad Mutamakkin). Adapun tahun berdirinya sampai sekarang belum ada yang tau pasti kapan berdirinya masjid jami’ kajen, namun seorang arkeologi pernah meneliti bahwa terdapat sejarah pembangunan masjid jami’ kajen, terdapat pada ornament-ornamen yang terdapat di mimbar masjid dan bagian depan masjid.

Dulunya masjid itu hanya berbentuk persegi, namun pada sekitar tahun 1960-an, masjid itu ditambah sayap (serambi masjid) atau keliling masjid sehingga menjadi lebih lebar, yang dipelopori oleh KH. Fahrozi. Selama ini masjid jami’ kajen telah mengalami perubahan sekitar 4 atau 5 kali, diantaranya pada masa KH. Ali Muhtar, KH. Salam dan KH. Fahruzi.

Peningalan dari masjid jami’ kajen yang masih asli sampai saat ini antara lain :

- Mimbar masjid, namun tempat letaknya sering dirubah .

- Dua tiang penyangga yang terletak di paling depan.

- Dua pintu yang berada didepan, yaitu berada di utara dan di selatan

- Empat tiang penyangga (soko gulu), yang mempunyai arti “hati”

- Kaligrafi yang terletak diatap tengah masjid- Sumur berada di selatan masjid.

- Bagian depan imam, disitu terdepat pesan dari KH. Ahmad mutamakkin yang tertulis (menggunakan arab pegon) “ seng pendetku ngusap ing mbun ” artinya, bahwa yang merasa keturunan KH. Ahmad Mutamakkin harus wudlu yakni Wajib melakukan Sholat 5 waktu.

- Dan juga, Tempat muadzin yang berada di lantai dua.

Pada hari sabtu tangal 16 januari 2010 masjid ini di bangun kembali, diketuai oleh KH. Ahmad Maudz Thohir, dengan mendatangkan seorang arsitek dari Kota Surabaya yang bernama Ir. Budi ( orang kongguchu). Dalam kurun waktu sekitar 4 bulan pembangunan masjid tahap pertama selesai, mencapai target yang telah ditentukan. yaitu sebelum Bulan Romadlon, dari rencana pembangunan masjid tersebut baru mencapai sepertiga dari keseluruhannya. Sampai saat ini pembangunan masjid tersebut menghabiskan dana sekitar 1,2 Miliyar, yang bersumber dari uang kas murni makam KH. Ahmad Mutamakkin.

Dalam pembangunann kali ini, tidak akan merubah bentuk masjid bagian dalam, karena untuk melestarikan peninggalan-peninggalan dari masjid jami’ kajen yang memiliki nilai arsitektur kuno tinggi. Yaitu dari batas lantai yang bermotif batik.

Rencana dari pembangunan masjid tersebut akan tedapat dua menara yang berada di timur laut dan barat daya, disertai pula dengan dua lantai berbetuk U yang mengelilingi bangunan lama masjid, serta pembangunan kembali tempat wudlu yang berada di sebelah selatan masjid dan juga akan dihiasi dengan taman yang berada disebelah timur masjid untuk memperindah masjid dan juga tempat istirahat untuk para jama’ah. Disebelah utara masjid sudah terdapat tempat wudlu desertai aula untuk remaja masjid jami’ kajen.

Disamping dari bangunan masjid jami kajen yang bermotif klasik, terdapat beberapa adat yang masih melekat sampai sekarang, diantaranya

- Penyampaian Khotbah oleh khotib pada hari jum’at, menggunakan bahasa Arab.

- Pelaksanaan sholat tarawih pada bulan puasa dilaksanakan dua kelompok, yaitu Tadris dan Qodo.

- Pada hari senin malam, diadakan pengajian di masjid.- Pada bulan Romahdlon juga diadakan rutinitas yaitu, pengajian setelah Sholat Subuh dan Ashar .

- Untuk pemilihan imam dan khotib sholat jum’at di masjid jami’ kajen dilakukan secara musyawarah oleh ulam’-ulama’ desa kajen. Dan pemilihan iman sholat ashar, maghrib, isya’ dan subuh langsung ditunjuk oleh seorang nadzir.

Sumber : KH. Ahmad Muadz Thohir


0 comments:

Post a Comment